Belajar Cinta Pada Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar


Belajar Cinta Pada Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar

(Siti Aminah, S. Pd.I)






Masih hangat takbir hari raya Idhul Adha menggema dalam gendang telinga dari toa-toa masjid sebelum adzan berkumandang dilantunkan madzin.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilhamdu...

Suatu hari Siti hajar di tinggalkan oleh Ibrahim bersama anaknya Ismail di gurun pasir yang sangat panas atas perintah Allah SWT. Siti Hajar karena keimananya dan ketaatannya merelakan suaminya pergi meninggalkannya dengan anak yang masih  meminum asi tersebut. Hingga suatu hari Siti hajar teramat haus dan mencari mata air di gurun namun tidak ditemukannya. Nampak hanya ilusi ia berlari lari kesana kemari antara shafa dan marwah mencari air. Hingga keletihan Siti Hajar dan pasrah kepada Allah SWT, maka  Allah utus malaikat Jibril untuk mengeluarkan air dari gurun yang sekarang di kenal dengan "Air Zam-zam" berdatanganlah orang-orang untuk membeli air dan berkecukupanlah Siti Hajar dan Ismail hidup makmur di negri gurun tersebut. Negri tersebut adalah mekkah yang dari seluruh penjuru dunia ummat islam mendatanginya untuk beribadah haji menunaikan rukun islam yang ke-5.

Masih jelas dalam ingatan kita kisah nabi Ibrahim as atas perintah Allah SWT  untuk menyembelih anak kandungnya sendiri Ismail. Padahal kalau dilihat bagaimana perjuangan Ibrahim dan Siti Hajar berdoa terus menerus. Ismail adalah putra semata wayangnya yang di nantikan kelahirannya bersama istrinya Siti Hajar hingga mereka berdua renta Allah SWT baru mengabulkan doa nabi Ibrahim dan Istrinya. Ismail yang akan disembelih bukannya lari karena takut untuk disembelih, namun pasrah dan ridho karena Allah SWT ayahnya menyembelih dirinya. Hingga golok bergerak akan menyabet leher Ismail, Allah  SWT ganti leher tersebut dengan leher domba.


Bila berfikir secara rasional, apakah manusiawi seorang ayah menyembelih anak kandungnya sendiri dan seorang ibu mengiyakan untuk disembelih anak dari darah kandungnya sendiri?Juga adakah anak yang rela disembelih seperti ismail? Tentu tidak bukan. Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar adalah manusia biasa yang sudah teruji kecintaannya kepada Allah SWT. Dari kisah Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar kita bisa mengambil pembelajaran betapa kecintaan terhadap dunia tidak ada apa apanya kecuali cinta yang ditujukan hanya kepada Allah SWT saja. Bahwa apa yang kita miliki saat ini, nyawa, harta benda, tahta, jabatan, Usaha, anak yang menggemaskan, Istri atau suami yang rupawan semuanya adalah titipan sewaktu-waktu yang punya akan mengambilnya kapanpun ia mau, yaitu Allah SWT.

Hari raya Idhul Adha atau orang biasa menyebutnya hari raya Qurban. bermakna untuk menyembelih sifat kebinatangan manusia, rakus, tamak, dengki atas dunia atas apa yang di rasa dimiliki untuk dipersembahkan hanya untuk Allah SWT saja. Sehingga orang yang berqurban berarti mengorbankan apa yang dicintainya hanya untuk Allah SWT yaitu mengorbankan uang atau harta untuk membeli sapi atau kambing dengan harga  jutaan rupiah untuk semata-mata mendekatkan diri hanya kepada Allah SWT. Juga melalui daging Qurban tersebut orang yang berqurban menebar cinta kepada orang lain yang biasanya sangat sulit untuk makan daging menjadi merasakan nikmatnya makan daging.

Demikian opini singkat dari penulis. Semoga bermanfaat.


Penulis adalah pendidik, aktivis IMM, penulis lepas dan pengamat politik pinggiran Kaltim


Komentar

Postingan Populer