KEUTAMAAN PUASA 6 DI BULAN SYAWAL



KEUTAMAAN PUASA 6 DI BULAN SYAWAL

Penulis: Siti Aminah HM,S.Pd.I
(Alumni STIT M dan BPH PC IMM Berau Sekbid Tabligh dan Kajis)

Tidak terasa sebulan penuh kita berpuasa di bulan Ramadhan menahan lapar dan dahaga. Tiba saatnya kaum Muslimin meninggalkan bulan Ramadhan dan menyambut bulan Syawal penuh suka cita. Hari raya Idhul Fitri 1 Syawal  jatuh pada tanggal 6 Juli 2016 M. Kali ini pemerintah dan Muhammadiyah mengambil keputusan yang sama yaitu menetapkan 1 Ramadhan dan 1 Syawal pada tanggal 6 Juni dan 6 Juli 2016. Sholat Idhul Fitri kaum Muslimin berbondong-bondong kemasjid-masjid dan ketanah lapang untuk menunaikan sholat ied dengan selalu berzikir melantunkan takbir,tahmid dan tahlil menyambut hari kemenangan yang agung. Memasuki hari ke-2, ke-3, ke-4 dan seterusnya dari bulan Syawal kaum Muslimin di anjurkan untuk melaksanakan amalan sunnah puasa 6 hari di bulan Syawal. Bukan Syawal pertama karena bertepatan dengan (1 Syawal ) diharamkan untuk berpuasa. Banyak sekali keutamaan-keutamaan dan pahala yang didapat dari mengerjakan puasa 6 hari di bulan Syawal. Diantaranya  terkait keutamaan-keutamaan dan pahala dari berpuasa 6 hari dibulan Syawal adalah barangsiapa yang mengerjakan puasa 6 hari di bulan Syawal ini maka akan dituliskan baginya puasa satu tahun penuh  bila ia berpuasa dibulan Ramadhan full. Sebagaimana yang di riwayatkan dalam sebuah hadits shohih  dari Abu Ayyub Al-Anshari Radiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa 6 hari dibulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh.”(HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Rasulullah SAW telah menyampaikan dalam sabda beliau bahwa siapa saja dari kalian yang mengerjakan puasa 6 hari dibulan Syawal setelah Idhul Fitri maka baginya pahala satu tahun penuh berpuasa dan setiap kebaikan diberi ganjaran 10 pahala kebaikan.

Dalam sebuah riwayat berbunyi:

“Allah SWT telah melipatgandakan setiap kebaikan dengan 10 kali lipat. Puasa Ramadhan setara dengan berpuasa sebanyak 10 bulan. Dan puasa 6 hari di bulan Syawal setara dengan puasa 2 bulan. Itulah puasa satu tahun”. (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah dan dicantumkan dalah shohih at-Targhib)

Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dengan lafadz:

“Puasa di bulan Ramadhan setara dengan puasa 10 bulan, sedang puasa 6 hari dibulan Syawal setara dengan puasa dua bulan. Itulah puasa setahun penuh.”

Sungguh keutamaan yang luarbiasa dan betapa beruntungnya seorang hamba bila mengerjakan amalan sunnah tersebut dengan sungguh-sungguh mengharapkan ridhonya dan mengharap ampunannya. Tentunya yang harus diperhatikan bagi seorang muslim ketika ingin melaksanakan yang sunnah adalah lebih mengutamakan yang wajib. Bagi seorang muslim yang masih memiliki hutang (qodho) puasa di bulan Ramadhan lebih baik dan lebih utama baginya untuk menunaikan terlebih dahulu hutang puasanya. Hal ini biasanya terjadi pada wanita yang haid atau nifas sehingga puasa mereka tidak tertunaikan dan memiliki kewajiban untuk mengqodho atau mengganti puasa yang ditinggalkannya karena haid atau nifas. Setelah selesai mengqodho puasa Ramadhan yang ditinggalkannya barulah dianjurkan untuk melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal. Karena yang wajib lebih utama di banding yang sunnah. Kemudian, hal ini sejalan dalam hadits diatas bahwa Nabi SAW mengatakan,”barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan”. Jelas disini bahwa apabila seorang muslim masih memiliki hutang (qodho) puasa Ramadhan maka tunaikan dahulu agar mendapatkan ganjaran pahala seperti puasa setahun penuh. Karena bila seorang muslim menunaikan puasa 6 hari di bulan Syawal dahulu dan masih ada tanggungan (qodho) puasa yang belum ditunaikan, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapat ganjaran puasa Syawal karena kita kembali kepada perkataan Nabi SAW tadi, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan.”(lihat Syarhul Mumthi 3/89,100).

Syeikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan:

Sesungguhnya yang sunnah adalah berpuasa Syawal setelah mengqadha puasa Ramadhan,bukan sebelumnya, jika ada seseorang yang memiliki utang puasa Ramadhan, lalu ia berpuasa Syawal sebelum ia mengqodhonya, maka ia tidak mendapatkan pahala setahun penuh, karena Nabi SAW bersabda:Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan (sebulan penuh), dan jika ada puasa Ramadhannya yang bolong, maka ia tidak dinamakan puasa Ramadhan sebulan penuh, melainkan hanya puasa sebagiannya saja.” (Lihat kitab as-Syarhul al-Mumthi’alaa Zaadil Mustaqni’ juz 6 hal 466,cet.Daar Ibnu Jauzi)

SEPERTI BERPUASA SETAHUN PENUH

Berpuasa 6 hari di bulan Syawal seperti puasa setahun penuh. Hal ini bisa di lihat pada hadits Tsauban dibawah ini:

Dari Tsauban bekas budak Rasulullah SAW, dari Rasulullaah SAW, beliau bersabda:

“Barangsiapa berpuasa 6 hari di bulan Syawal setelah Idhul Fitri, maka ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Karena siapa saja yang melakukan kebaikan, maka akan dibalas 10 kebaikan semisal.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam hadits diatas bahwa setiap kebaikan yang dilakukan seorang hamba maka akan di ganjar 10 pahala kebaikan yang semisal. Hal ini menunjukkan bahwa puasa Ramadhan sebulan penuh akan diganjar 10 bulan kebaikan puasa (10x30 hari = 300 hari). Sedangkan puasa 6 hri di bulan Syawal akan dibalas minimal dengan 60 hari (6x10 kebaikan =60 )kebaikan puasa. Maka seseorang seperti melaksanakan puasa 10 bulan+2 bulan =12 bulan. Inilah keutamaan yang luar biasa bagi seorang hamba yang melakukan puasa 6 hari dibulan Syawal yakni di ganjar pahala puasa satu tahun penuh berpuasa. Semoga kita menjadi hamba-hamba yang lurus (hanif) dalam beribadah kepada Allah SWT, mengharapkan keridhoannya, menghrapkan rahmatnya, mengharapkan ampunannya. Selalu mendahulukan yang wajib ketimbang yang sunnah. Karena amaliyah-amaliyah wajib seorang hamba yang kurang akan tertutupi dengan amaliyah-amaliyah seorang hamba yang sunnah (mustahab).Sebagimana sholat yang dilakukan seorang hamba yang belum sempurna boleh jadi ada kelalaian-kelalaian yang dilakukan seorang hamba maka akan tertutupi kekurangan-kekurangan sholat tersebut dengan banyaknya sholat-sholat sunnah yang dikerjakan hamba tersebut. Sunnah itu penyempurna yang wajib. Wallahu a’lam bishshowab.

Komentar

Postingan Populer