MUSLIM TAPI ISLAMOPHOBIA
MUSLIM TAPI ISLAMOPHOBIA
Oleh : Siti Aminah,HM. S.Pd.I
Islamophobia adalah
kata yang di sematkan untuk muslim yang antipati dengan ajaran Islam. Beragama
Islam tapi anti dan asing dengan ajaran Islam. Islamophobia mengklaim dirinya
beragama Islam, akan tetapi dilapangan berbeda adanya. Banyak kita temukan di
masyarakat umat Islam hanya sekedar nama “Islam KTP” saja. Islamnya hanya “omdo”
alias omong doang. Islamnya hanya Islam-Islaman tanpa tahu makna dari kata
Islam tersebut. Tanpa tahu aplikatifnya dalam kehidupannya. Sederhananya, ia
melakukan sebagian ajaran Islam tetapi anti pati dan asing dengan sebagian
ajaran Islam yang lainnya. Selalu melaksanakan sholat diawal waktu dan
berjamaah akan tetapi akhlak dan tingkah lakunya tidak mencerminkan kepribadian
seorang muslim. Menutup aurat dengan berjilbab dan berkerudung akan tetapi akhlaqnya rusak cara ia bergaul
tidak mencerminkan Islam itu sendiri, contohnya pergaulan saja, ia bahkan bebas
bergaul dan berpacaran. Padahal dalam konteks Islam, aktivitas pacaran tidak pernah diajarkan Islam dan lebih
tepatnya adalah budaya non Islam yang semakin membudaya yang kebanyakan dari
pelakunya adalah umat Islam sendiri. Peran orang tua pun tidak ketinggalan
dimana mereka para orang tua merasa aneh bila ada anak-anaknya yang tidak
memiliki pacar. Sungguh ironi sekali. Di dalam Al-Qur’an Surah Al-Isro ayat 32 dijelaskan
sebagai berikut :
وَلا
تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا
|
Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS.Al-Isra:32)
Memang secara
kontekstual ayat tersebut diatas tidak pernah di singgung tentang dilarangnya
aktivitas pacaran, namun secara maknawi ayat tersebut memiliki maksud
pelarangan akan aktivitas pacaran tersebut. Berapa banyak muda-mudi muslim
menjadi pembunuh akibat terjerumus dalam lembah yang bernama aktivitas pacaran
ini. Di sosial media dan hampir di tiap kotak informasi bernama TV di sajikan kasus
pembunuhan sadis (aborsi) baik ditemukan di toilet, di got, di kantong plastik,
yang dilakukan oleh siswi maupun
mahasiswi. Banyak bayi-bayi yang tidak jelas nasabnya akibat anak hasil
hubungan kumpul kebo orang tuanya. Anak-anak tidak berdosa tidak tahu apa-apa
untuk apa ia terlahir kedunia bila hanya di permalukan dan diolok-olok lahir tanpa
seorang ayah. Inilah potret muda-mudi muslim yang terjerumus pada aktivitas
pacaran yang berawal dari Islamophobia. Kemudian masalah jilbab dan kerudung, banyak dari perempuan Islam yang mengklaim dirinya
Islam tapi belum memiliki kesadaran diri
dalam menjalankan perintah Allah SWT ini. Masalah jilbab ini telah jelas
diperintahkan Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 59 sebagai berikut
:
يَا أَيُّهَا
النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ
عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا
يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
|
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu
dan istri-istri orang mukmin. “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh
tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena
itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.
(QS. Al-Ahzab:59)
Secara
konstekstual ayat diatas mewajibkan para muslimah agar mengulurkan
jilbab-jilbab mereka agar mereka tidak diganggu. Perintah jilbab ini seyogyanya
diturunkan kepada istri-istri Nabi SAW dan muslimah agar mereka terjaga
kehormatannya dari marabahaya yang mengintai keselamatan mereka dimana saja
berada. Bukan berarti pengekang pergerakan wanita dalam berekspresi seperti
yang dituduhkan para kaum genderis dan feminisme yang menganggap jilbab di
Islam pengekang wanita dalam berekspresi.
Menuduh Islam membatasi ruang gerak
wanita dalam berkarir dengan jilbabnya. Padahal jilbab bukan menjadi masalah
wanita dalam bekerja. Bekerja bagi wanita dalam Islam pun di bolehkan tidak
dilarang selama itu tidak menyelewengkan apa yang menjadi kewajibannnya dan
tanggungannya dirumah. Seperti ada bayi yang membutuhkan asi dan belum dapat di
tinggalkan oleh ibunya karena bayinya sangat membutuhkan kehadirannya untuk
memenuhi haknya yaitu asi sebagai makanan wajib dari si ibu. Maka bekerja tidak
boleh. Cukup suami yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Anehnya
lagi para phobia Islam ini paling “alergi” dengan hal-hal yang religius. Contoh
kecil, laki-laki yang berpakaian gamis, bersorban, berjenggot, celana cingkrang
dibawah mata kaki, mereka para phobia Islam ini menganggap bahwa itu adalah
“teroris”.
Padahal tata cara berpakaian seperti itu adalah sunnah yang di
ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beginilah jadinya bila pola pikir yang sudah
teracuni oleh “Gozhul Fiqri”(Perang Pemikiran) produk non untuk merusak
pandangan berfikir kaum muslimin. Mereka tidak perlu membom yang menjatuhkan
ribuan nyawa manusia tewas yang menyebabkan kemarahan umat Islam lainnya. Akan
tetapi Gozhul Fiqri ini adalah cara licik dan halus mereka untuk memerangi kaum
Muslimin. Bodohnya lagi umat Islam terlena dan tanpa sadar mengikutinya bahkan
menjadi phobia dengan agamanya sendiri. Melalui fashion umat muslim di perangi
dengan berbagai merk dan mode pakaian yang jauh dari kata syar’i. Seperti
pakaian muslimah akhir-akhir ini ada yang namanya kerudung gaul, dimana
kerudung gaul ini tidak memenuhi standar menutup aurat, berkerudung sekedar
menutup kepala, tapi lingkar dada masih terbentuk, tipis dan tranparan. Ibu-ibu
dan anak-anak kampus pun mewarnai cara berkerudung gaul tersebut. Melalui lagu
pun umat Islam di perangi. Umat islam dilenakan dengan lagu-lagu galau.
Mempelajari Al-Qur’an pun jadi urusan kesekian kalinya. Pun juga melalui
makanan siap saji umat Islam di cekoki dengan makanan yang memiliki unsure yang
tidak dihalalkan untuk dikonsumsi sehingga bodohlah otak-otak kaum muslimin
dalam berfikir dan bertindak serta penghalang dalam terkabulnya doa seseorang
karena makanan yang dikonsumsi ada jenis yang tidak dihalalkan. Sebagaimana
penjelasan 2 hadist sebagai berikuti ini : Sa’ad bin abi Waqash betanya kepada
Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah , doakan saya kepada Allah agar doa saya
terkabul.”Rasulullah SAW menjawab,”Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu, maka
doamu akan terkabulkan.” (Riwayat Thabrani). Disebutkan juga dalam hadist
lain bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Seorang lelaki melakukan perjalan jauh,
rambutnya kusut, mukanya berdebu, menengadahkan kedua tangannya kelangit dan
mengatakan,”Wahai Rabbku!Wahai Rabbku! Padahal makanannya haram dan mulutnya
disuapkan dengan yang haram, maka bagaimanakah akan diterima doa itu?”(Riwayat
Muslim).
Dari ulasan
diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa Islamophobia adalah muslim yang
menjalankan ajaran Islam sebagian-sebagian dan anti dengan ajaran Islam yang
lain. Hendaklah sejauh-jauhnya di hindari prilaku Islamophobia ini dan masuklah
Islam secara kaffah (menyeluruh) tidak setengah-tengah sebagaimana ditegaskan
dalam QS. Al-Baqarah ayat 208 agar ber-Islam itu secara kaaffah dan tidak
setengah-setengah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا
فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُبِينٌ
|
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara
kaffah (menyeluruh), dan janganlah ikuti langkah-langkah syaithon.
Sesunggguhnya syaithon adalah musuh yang nyata bagimu (QS. Al-Baqarah ayat 208)
Demikianlah tulisan terkait”Muslim tapi Islamophobia” semoga dapat
diambil manfaatnya.
Komentar
Posting Komentar