"PEMUDA MELEK SEJARAH"
Oleh:Siti
Aminah, HM, S.Pd.I, Aktivis di organisasi IMM dan pendidik di SD Muhamadiyah
Tanjung Redeb.
Seringkalikali kita
dengar semboyan “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para
pahlawannya”. Setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati hari
pahlawan yang mana peringatan itu bukan tanpa maka yang tersurat di dalamnya. Sebagai
pemuda Indonesia “Jasmerah”jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bangsa
Indonesia tanggal 10 November adalah suatu kejadian yang sangat penting dalam
perjuangan Arek-Arek Surabaya mengusir penjajah Belanda dari bumi Indonesia
yang mana terjadinya perseteruan yang
banyak menelan korban jiwa. Sehingga pada tangggal 10 November adalah momentum
untuk mengenang heroisme perjuangan bangsa Indonesia memperjuangkan dan
mengorbankan jiwa dan raga demi bangsa, agama dan tanah air.
Para penjajah yang
bersenjatakan api, rudal, bom dan
helicopter mampu pendahulu kita usir dan kalahkan dengan bambu runcing yang
erat di genggam pendahulu kita dengan pekikan takbir menambah kobaran semangat
dan keyakinan dalam dada bahwa dengan alat yang sederhana bangsa Indonesia
mampu merdeka dan terbebas dari belengu penjajahan kaum penjajah. Rela
berkorban dan rasa memiliki tanah tumpah darah air inilah bekal pendahulu kita
yang tidak banyak pemuda saat ini miliki.
Sebagai pemuda maka
sudah selayaknya “melek” akan sejarah bangsa Indonesia. Bukan lagi sibuk
dengan gaya hedonisme yang bangga dengan motor dan gadget keluaran terbaru. Sebagai pemuda sejatinya cara menghargai jasa
para pahlawan terdahulu adalah dengan
cara bersunguh-sungguh belajar, melakukan hal-hal positif yang berguna bagi
masyarakat sekitar, bergabung dalam komunitas-komunitas dan organisasi yang
positif yang peduli dengan keadaan orang banyak. Fokus dan bersungguh-sungguh
menggapai cita-cita dan menciptakan karya-karya nyata yang mampu membawa bangsa
Indonesia kedepan pintu kesuksesan. Bila
zaman pendahulu kita menggunakan keringat yang bercampur darah pengorbanan maka
saat ini di zaman globalisasi sebagai pemuda menggunakan tenaga dan pikiran
dalam karya-karya nyata yang membanggakan. Menggunakan tekhnologi secara
positif dan tepat. Mengembangkan minat dan bakat sesuai keahlian yang di
miliki.
Tidak sulit untuk
menjadikan para pendahulu kita bangga, disiplin yang tinggi, kerja keras dan
sungguh-sungguh dalam belajar, berkarir dan menjadi manusia yang bermanfaat dan
peka dengan keadaan masyarakat adalah bekal menjadi pahlawan-pahlawan di zaman
sekarang. Sebagai seorang ayah adalah pahlawan bagi anak-anak dan keluarga yang
setiap hari dari pagi hingga malam mengais rezeki untuk menghidupi mereka
adalah pahlawan. Sebagai seorang ibu adalah pahlawan bagi anak-anak yang ada
dalam asuhan dan didikannya. Sebagai seorang anak adalah pahlawan bagi diri
sendiri yang mengorbankan diri dari kesenangan dan kemalasan untuk suatu
prestasi dan karya untuk membanggakan orang tua.
Tanpa kita sadari
banyak disekitar kita pahlawan yang bertebaran yang merupakan pahlawan bangsa. Pertama,
ia adalah Guru, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang mendidik dengan
penuh kasih anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang bermanfaat di masa
mendatang. Apa yang kita nikmati dan kesuksesan yang kita raih adalah buah dari
didikan dan doa-doa tulus dari bapak dan ibu guru kita. Tapi aneh, saat ini,
guru di pandang sebelah mata oleh banyak kalangan. Sikap orang tua yang tidak
menghargai guru hingga tingkah laku anak didik yang jauh dari moral.
Kedua, ia adalah Petani,
petani merupakan pahlawan bangsa yang dari tangannya, keringat yang bercucuran
menyemai benih perbenih bahan pokok bangsa Indonesia seperti padi. Namun, realitanya
yang ada, hampir di setiap rumah makan, restaurant nasi terbuang-buang dengan
percuma. Banyak sisa-sisa nasi yang tergeletak di piring. Kesadaran masyarakat
dalam mengahargai jerih payah seorang petani mulai hilang, para pembeli acuh
tak acuh dan secara berlebihan memesan makanan yang jauh dari pasokkan
perutnya. Terbayang betapa melelahkannya seorang petani sebutir padi yang di semai,
di rawat, di beri pupuk hingga menjadi butiran-butiran nasi yang siap di
suapkan ke mulut-mulut mereka, lantas di biarkan terbuang-buang (mubadzir).
Maka, sebagai pemuda wajib melek sejarah agar semangat para
pendahulu kita sedikit banyaknya dapat tertular dengan memperingati momentum
hari bersejarah bangsa kita, bangsa Indonesia. Sebagai pemuda peka dan
menghargai arti sebuah pengorbanan yang telah di korbankan dan di perjuangkan
oleh pahlawan-pahlawan bangsa kita. Jadilah pahlawan dimana saja berada. Jadilah
pemuda yang berprestasi. Jadilah pemuda yang menorehkan karya.
Demikianlah tulisan singkat dari penulis semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar