"PEMUDA MELEK SEJARAH"

“PEMUDA MELEK SEJARAH”
Oleh:Siti Aminah, HM, S.Pd.I, Aktivis di organisasi IMM dan pendidik di SD Muhamadiyah Tanjung Redeb.
C360_2015-12-27-17-25-55-995





                                             
          Seringkalikali kita dengar semboyan “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”. Setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati hari pahlawan yang mana peringatan itu bukan tanpa maka yang tersurat di dalamnya. Sebagai pemuda Indonesia “Jasmerah”jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bangsa Indonesia tanggal 10 November adalah suatu kejadian yang sangat penting dalam perjuangan Arek-Arek Surabaya mengusir penjajah Belanda dari bumi Indonesia yang mana terjadinya  perseteruan yang banyak menelan korban jiwa. Sehingga pada tangggal 10 November adalah momentum untuk mengenang heroisme perjuangan bangsa Indonesia memperjuangkan dan mengorbankan jiwa dan raga demi bangsa, agama dan tanah air.

          Para penjajah yang bersenjatakan api, rudal,  bom dan helicopter mampu pendahulu kita usir dan kalahkan dengan bambu runcing yang erat di genggam pendahulu kita dengan pekikan takbir menambah kobaran semangat dan keyakinan dalam dada bahwa dengan alat yang sederhana bangsa Indonesia mampu merdeka dan terbebas dari belengu penjajahan kaum penjajah. Rela berkorban dan rasa memiliki tanah tumpah darah air inilah bekal pendahulu kita yang tidak banyak pemuda saat ini miliki.

          Sebagai pemuda maka sudah selayaknya “melek” akan sejarah bangsa Indonesia. Bukan lagi sibuk dengan gaya hedonisme yang bangga dengan motor dan gadget keluaran terbaru.  Sebagai pemuda sejatinya cara menghargai jasa para pahlawan terdahulu adalah       dengan cara bersunguh-sungguh belajar, melakukan hal-hal positif yang berguna bagi masyarakat sekitar, bergabung dalam komunitas-komunitas dan organisasi yang positif yang peduli dengan keadaan orang banyak. Fokus dan bersungguh-sungguh menggapai cita-cita dan menciptakan karya-karya nyata yang mampu membawa bangsa Indonesia kedepan pintu  kesuksesan. Bila zaman pendahulu kita menggunakan keringat yang bercampur darah pengorbanan maka saat ini di zaman globalisasi sebagai pemuda menggunakan tenaga dan pikiran dalam karya-karya nyata yang membanggakan. Menggunakan tekhnologi secara positif dan tepat. Mengembangkan minat dan bakat sesuai keahlian yang di miliki.
          Tidak sulit untuk menjadikan para pendahulu kita bangga, disiplin yang tinggi, kerja keras dan sungguh-sungguh dalam belajar, berkarir dan menjadi manusia yang bermanfaat dan peka dengan keadaan masyarakat adalah bekal menjadi pahlawan-pahlawan di zaman sekarang. Sebagai seorang ayah adalah pahlawan bagi anak-anak dan keluarga yang setiap hari dari pagi hingga malam mengais rezeki untuk menghidupi mereka adalah pahlawan. Sebagai seorang ibu adalah pahlawan bagi anak-anak yang ada dalam asuhan dan didikannya. Sebagai seorang anak adalah pahlawan bagi diri sendiri yang mengorbankan diri dari kesenangan dan kemalasan untuk suatu prestasi dan karya untuk membanggakan orang tua.
          Tanpa kita sadari banyak disekitar kita pahlawan yang bertebaran yang merupakan pahlawan bangsa. Pertama, ia adalah Guru, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang mendidik dengan penuh kasih anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang bermanfaat di masa mendatang. Apa yang kita nikmati dan kesuksesan yang kita raih adalah buah dari didikan dan doa-doa tulus dari bapak dan ibu guru kita. Tapi aneh, saat ini, guru di pandang sebelah mata oleh banyak kalangan. Sikap orang tua yang tidak menghargai guru hingga tingkah laku anak didik yang jauh dari moral.
          Kedua, ia adalah Petani, petani merupakan pahlawan bangsa yang dari tangannya, keringat yang bercucuran menyemai benih perbenih bahan pokok bangsa Indonesia seperti padi. Namun, realitanya yang ada, hampir di setiap rumah makan, restaurant nasi terbuang-buang dengan percuma. Banyak sisa-sisa nasi yang tergeletak di piring. Kesadaran masyarakat dalam mengahargai jerih payah seorang petani mulai hilang, para pembeli acuh tak acuh dan secara berlebihan memesan makanan yang jauh dari pasokkan perutnya. Terbayang betapa melelahkannya seorang petani sebutir padi yang di semai, di rawat, di beri pupuk hingga menjadi butiran-butiran nasi yang siap di suapkan ke mulut-mulut mereka, lantas di biarkan terbuang-buang (mubadzir).

Maka, sebagai pemuda wajib melek sejarah agar semangat para pendahulu kita sedikit banyaknya dapat tertular dengan memperingati momentum hari bersejarah bangsa kita, bangsa Indonesia. Sebagai pemuda peka dan menghargai arti sebuah pengorbanan yang telah di korbankan dan di perjuangkan oleh pahlawan-pahlawan bangsa kita.  Jadilah pahlawan dimana saja berada. Jadilah pemuda yang berprestasi. Jadilah pemuda yang menorehkan karya.

Demikianlah tulisan singkat dari penulis semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan Populer